Pada bulan April 2019 tanggal 18 sampai 20 April, aku bersama Elis, Farindra, Teh Frani (teteh nya Farin), suaminya dan kak Reza berniat ingin mendaki ke Gunung Guntur yang ada di daerah Garut Jawa Barat. Awal mula rencana sih aku gak akan ikut karna banyak hal yang aku pertimbangin. Tapi seiring berjalannya waktu dan terus-terusan di bibita sama Elis, akhirnya aku luluh juga dan memutuskan untuk ikut. Pas aku minta izin ke ortu, awalnya ortu aku nggak ngizinin. Tapi setelah aku jelasin karna di Gunung Guntur itu beda sama gunung lainnya yang suasananya gak selebat pepohonan kaya gunung pada umumnya, ortu aku jadi ngizinin dan gimana aku. Terakhir, aku ngasih kabar ke pacar bahwa aku beneran mau ikut naik, dan ternyata pacar aku pun pengen ikut dan bela-bela in ngambil cuti kerjanya. Bisi ada apa apa katanya, pengen jagain ‘;D hehe.
Kita pun berangkat pas hari Jumat sore ngambil kereta dari stasiun Cimahi menuju ke stasiun Leles yang jam 18.00 magrib. Jadi sehabis pulang kerja jam 4, aku buru buru pulang terus mandi dan siap siap pergi jam 5 sore. Cape sih, tapi da kan ingin pergi muncak hehe dan untungnya pas malem aku udah prepare nyiapin perbekalan dan langsung aku packing pula. Dan eh aku baru tahu, kata bibi aku tadi siang si pacar sengaja datang ke rumah aku buat minta izin ke ortu aku. Hahaha ga nyangka pisan aku tuh dia bakal seberani itu datang ke rumah sendirian hehe.
Next, aku udah nyampe di stasiun dianter sama sodara aku pake motor. Disana udah lengkap tinggal nunggu kak Reza. Dan akhirnya dia dateng juga. Pas aku ngeliat dia wah dia terlihat ganteng dan gagah sekali. Dia pake jaket merah, gendong tas carrier biru sama pake sepatu gunungnya 😀 efek gendong tas carrier kali yaah jadi bersinar, haha. Terus kita duduk-duduk dulu sambil nungguin kereta dateng. Sekedar info, harga tiket dari stasiun Cimahi ke Leles murah cuman Rp 7000, mengingat jarak perjalanannya yang jauh.
(Tas carrier Elis, aku dan Kak Reza )
Pukul 18.00 kereta yang ditunggu akhirnya dateng juga, kami pun lekas naik. Sekilas aku flashback masa lalu yang pulang pergi naik kereta ke Kiara Condong waktu masa masa prakerin. Dan sekarang aku kayak lagi mengalami masa itu lagi, naik kereta sambil gendong ransel yang penuh beban. Lonceng kereta pun berbunyi, kereta pun akhirnya melaju. Kursi aku dan rombongan farin terpisah karna banyaknya penumpang. Jadi cuman aku, Elis dan Kak Reza yang kursinya saling berhadapan. Di sepanjang perjalanan, kita banyak ngobrol, ngemil snack sama dengerin lagu. Tau gak? Aku dengerin lagu satu headsheet berdua sama kak Reza,hihi.
Kami tiba di stasiun Leles pukul 21.00, lumayan pegal juga duduk di kursi kereta yang menghabiskan waktu sekitar 3 jam. Waktu perjalanan turun dari kereta, aku melihat ada beberapa pendaki juga yang terlihat dari kostum beserta carrier yang di gendongnya. Setelah ditanyakan, ternyata mereka dengan rombongan kita berbeda tujuan. Mereka berniat akan pergi mendaki ke Gunung Cikuray.
Rencana awal setelah kami tiba di stasiun, kami akan pergi menuju ke basecamp Guntur menggunakan Grabcar. Tetapi keadaan tidak mendukung, dan disana tidak ada sama sekali ditemukan mobil yang bersedia kita Grab. Akhirnya para calo angkot pun menghampiri kami dan menawarkan akan mengantar kami pergi sampai ke basecamp. Setelah ditanya berapa biayanya, mereka menawarkan harga Rp 25 000 perorang. Mahal dan tidak bisa di nego. Mau tidak mau dari pada kami semua harus bermalam di stasiun, kami pun bersedia. Langsung saja kami naik dengan duduk saling berdempetan dengan penumpang lain. Untungnya selama perjalanan di angkot, aku gak terlalu pusing, hehe.
Kira-kira jam 22.00 kami tiba sampai basecamp. Karena basecampnya di tempat yang satu lagi, jadi kami harus berjalan kaki sedikit menuju ke basecamp yang jadi tujuan kami (lupa nama basecampnya). Disana kita langsung dipersilahkan masuk ke dalam rumah pemilik basecamp dan beristirahat disana. Kita langsung istirahat, sholat, bersihin muka dan nge packing ulang carrier. Kita tidur pun hampir jam 00.00 malem.
( Suasana saat istirahat di basecamp rumah warga )
***
Singkat cerita, pagi pun datang. Rencananya kami tidak akan langsung summit tapi bakal bermalam dulu di pos 4 guntur. Jadi summit nya nanti shubuh jam 3 pagi an. Sebelum mulai mendaki, kami isi dulu tenaga dengan membeli nasi warteg di tempat basecamp. Aku memesan usus dan ati ampela dengan porsi makan berdua bareng Elis, soalnya kalo dimakan sendiri gak bakalan habis hehe. Dan ketika makan, emmm rasa masakan ati ampela nya mirip sama masakan mama. Jadi tiba-tiba inget mama ;’D. Setelah beres makan dan mengurus administrasi, kita siap pergi kira-kira mulai otw jam 06.00 pagi. Biaya administrasinya sebesar Rp 15 000 perorang.
(Melihat puncak Gunung Guntur dari titik awal pendakian)
Kesan pertama kali ngeliat Gunung Guntur dari titik mula pendakian aku dibuat takjub. Puncaknya udah keliatan dari sini dan gambaran gunungnya aku lihat kayak mau summit ke gunung Semeru. Jadi gak salah kalo ada orang yang bilang kalo Gunung Guntur itu adalah miniaturnya gunung Semeru. Dan selama di track aku lihat tracknya hampir sama kayak ke gunung Burangrang. Banyak track tanjakan berbatu dan ada bonusnya juga. Gak banyak pepohonan besar, malah lebih subur sama ilalang. Disana kita jangan takut kehabisan air, soalnya sumber air banyak melimpah ruah sampai tumpah tumpah dimana-mana. Walaupun gunungnya gundul tapi sumber air nya kaya. MasyaaAlloh J.Selama perjalanan menuju pos 4, sambil beberapa kali istirahat kami menghabiskan waktu sekitar 3 jam an.
(Track menuju pos 4 Gunung Guntur)
(Area tanah miring berpasir)
(Lautan tenda pendaki)
Pukul 09.10 kita sampai di pos 4 yang menjadi area camping gunung guntur. Dan pemandangan disana bukannya sepi, tapi malah rame sekali. Banyak banget tenda yang berjajar seperti perumahan tapi ala ala gunung gimana gitu, haha. Dan kontur tanahnya juga mudun, jadi tendanya jadi pada miring ke bawah. Dan bukan tanah pada umumnya, tapi pasir :’D. Jadi siap siap kaki mu akan terpeleset hahaha. Setelah menemukan tempat yang pas buat bikin tenda, terus kita mulai deh bangun tenda. Aku yang gak bisa apa-apa, cuman diem aja sih, duduk dan nonton orang yang lagi kerja, hehe. Tenda pun beres, dilanjut saja masak-masak ala kadarnya. Tapi percayalah, makanan apa saja yang kita makan ketika sedang di gunung, rasanya itu sungguh terasa nikmat. Waktu itu kita makan siang ngeliwet sama nasi liwet, tempe, tahu, kangkung dan asin. Alhasil makanan pun habis, yang tersisa cuman asin dan kepalanya ;’D.
(Menyiapkan bahan masakan)
(Makan siang pertama)
Next, setelah kekenyangan, kami semua tidur siang sebentar. Langit disana kebetulan cerah, jauh dari ekspetasi aku yang mengira selama disana bakalan di guyur hujan lebat. Tapi beruntunglah langit disana mendukung kami. Setelah bangun siang, kami pun semua sempat bermain kartu UNO yang dibawa Elis. Disitu kita ketawa lepas sambil bermain kartu, dan aku pernah satu kali menjadi pemenang yang pertama, kereen kan.
Selepas bermain kartu, aku pun bergegas mandi dan sholat. Sekedar info, fasilitas di gunung guntur sudah terkondisikan sekali. Disana ada kamar mandi dan musholanya. Dan selama perjalanan track menuju pos 4 banyak stand warung warga juga. Jadi jangan takut kehabisan makanan, tinggal beli saja, harga bervariasi hehe.
***
Langit berubah menjadi senja dan perlahan menggelap. Butiran-butiran cahaya lampu kota sudah mulai terang menerangi nan jauh di bawah sana. Malam pun tiba, dan semilir angin malam menghampiri. Tibalah waktunya sholat magrib. Aku beserta teh Frani, Kak Reza, Suaminya teh Frani bersiap menuju mushola camp. Yang lainnya menunggu di tenda dan kebetulan sedang berhalangan. Sesampainya di tempat wudhu kami semua mengantri menunggu giliran. Oh iya kami juga menunggu waktu solat isya disana biar sekalian. Sesudah solat, kami kembali menuju tenda dan aku melihat indahnya citylight kota Garut yang terlihat dari atas sini. Begitu cerah dan mengagumkan, tak lupa kami juga mengambil beberapa shot foto untuk mengabadikan keindahannya.
(Citylight Garut yang bikin susah move on)
Setelah itu, kami bersiap-siap untuk tidur dikarenakan besok pagi-pagi buta sekitar jam 3 pagi kami harus mulai bersiap mendaki. Dan formasi tempat tidurnya adalah Diki, Farin, Elis, Kak Reza, Aku. Sedangkan teh Frani dan suaminya berada di tenda yang terpisah. Kebayang gak begitu peseudeuk-seudeuk nya, apalagi aku yang kebagian di ujung, sempit dan banyak ransel. Disana juga aku gak bisa bobo nyenyak dikarenakan banyak suara pendaki lain yang membuat kegaduhan dan suhu udara gunung guntur waktu itu panas sekali. Ada kejadian yang gak akan aku ceritain sewaktu malem, cukup aku aja yang tau, hehe
Bunyi alarm jam 3 pun berdering, yang pertanda kami harus segera bersiap-siap. Waktu itu sebelum summit aku sarapan dengan kentang goreng yang dimasak Elis dan segelas energen yang aku minum berdua dengan Kak Reza. Aku gak makan banyak, soalnya perut aku langsung kerasa sakit, seu’eul gitu pokoknyamah. Tapi sakitnya standar masih bisa ditahan. Dan ternyata bukan rombongan aku aja yang summit nya pagi buta, tapi beberapa rombongan pendaki lain melakukan hal yang sama, jadi mendadak kayak konser gitu banyak lampu –lampu menghiasi sepanjang jalan. Setelah berdoa memohon keselamatan, kami pun berangkat mengejar puncak Gunung Guntur yang aduhai.
Setelah beberapa menit mendaki, aku merasa pusing dan sakit di perut aku mulai terasa sekali. Aku beberapa kali meminta istirahat, untungnya tim bersedia dan mengerti dengan kondisiku. Dan track nya kemiringannya hampir 80 derajat disertai dengan jalanan berpasir. Sungguh perjalanan yang sangat sulit menurut aku ditambah dengan kondisi yang aku rasakan saat itu. Puncak bagaikan fatamorgana yang terus aku kejar tapi tidak sampai-sampai. Sampai suatu ketika saat aku beneran merasa lelah aku bilang gini ke Kak Reza “ Kayaknya akumah disini aja deh, akumah nunggu disini aja”. Terus Kak Reza jawab “ Puncak sebentar lagi, pelan-pelan aja nanti kaka temenin”. Dan sedikit-sedikit aku terus mematahkan mentalku yang bilang enggak akan bisa menjadi harus bisa. Sedikit-sedikit aku mulai kembali berjalan melanjutkan perjalanan. Rombongan lain pun ikut menyemangati ku. Dalam hati aku berpikir “ Orang lain juga bisa sampe puncak, masa aku engga” sampai akhirnya kalimat itu membawa ku ke daratan tertinggi puncak satu Gunung Guntur. Yeaaayyyy misi pun berhasil 😀
( Potret Sukacita pendaki )
( Sampai juga di puncak 1 gaiss )
( Menyambut sinar mentari pagi yang menghangatkan )
Benar saja di puncak sana aku menyaksikan sinar orange yang perlahan terang disusul dengan kehadiran sang sinar matahari yang keluar malu-malu. Banyak para pendaki yang bersuka cita disana karena salah satu tujuan kita menginjakan kaki di tempat ini terwujud . Banyak juga yang langsung memotret. Karena sadar akan kewajibanku padahal jam sudah menunjukan pukul 06.00 pagi kurang, aku bersholat subuh disana dengan tayamum. Karena sholat shubuh di track kayaknya gak bakalan mungkin. Tapi Alloh kan Maha Tahu jadi aku merasakan nikmatnya sholat shubuh disana.
Tak lama setelah itu, rombongan berkumpul. Untung saja ada di antara kami membawa minum dan makanan. Jadi kita gak kelaparan juga setelah mendaki hehe. Waktu itu aku makan kentang goreng dengan air putih hangat lalu ada roti yang diolesi susu.
Setelah makan, kita lanjut berfoto-foto ria. Dan tak lama, rombongan akan pergi ke puncak 2 Gunung Guntur, tapi sayangnya aku tidak bisa ikut, karena aku tahu badanku tidak akan kuat. Jadi aku bersama kak Reza hanya bisa menunggu di puncak satu.
(Berfoto dengan tim)
(Versi backlight)
( Puncak 2 Guntur menanti di belakang )
Next, setelah rombongan kembali kami bersiap untuk turun dari puncak menuju tenda di basecamp pos 4. Dan perjalanan turun tidak kalah sulitnya dengan mendaki. Hampir semua pernah jatuh 😀 haha. Tracknya pasir licin banget dan batu batu kecil sampe bisa masuk ke dalam sepatu. Sepanjang perjalanan kak Reza bantuin aku, kadang dia bantuin aku sambil pegangin tangan aku hehe.
Tibalah kita di basecamp sekitar jam 10 an, terus lanjut bikin sop buah dan bikin tomyam. Enak bangeet segar dan pedass, udah gitu kita istirahat dulu sebentar sampai duzhur. Dan sesudah dzuhur kami siap-siap beresin tenda, packing dan sholat dulu lalu turun menuju basecamp rumah warga.
Singkat saja, perjalanan dari pos 4 tempat kami nge camp ke basecamp warga sekitar 2 jam an. Setelah sampai, kami semua beristirahat sejenak sambil nunggu grab pesanan datang karena kita tidak bisa naik kereta dari stasiun leles lagi. Rencananya kami naik grab dan turun di stasiun Cicalengka.
Mang Grab pun datang, kami pun langsung naik. Aku kebagian duduk di kursi tengah dekat jendela. Awal perjalanan aku biasa saja. Tapi kelamaan, aku merasa mual dan pusing. Walau aku sudah minum antimo tetapi akhirnya aku malah muntah juga hehe. Masuk angin kayaknya da. Dan beruntung di sebelah aku ada Kak Reza jadi dia yang bantuin mijitin kepala aku, hehe.
Setelah magrib kami pun tiba di stasiun Cicalengka dan kita cuman beberapa menit langsung ketinggalan kereta. Alhasil kita harus menunggu kereta yang jam set 8 an. Sambil nunggu, aku sholat magrib dan isya dulu disana. Selama perjalanan di kereta aku dan rombongan tidur, tidak banyak ngobrol karena kita dilanda rasa kantuk dan kelelahan. Sekitar jam 10 lebih kereta berhenti di stasiun Cimahi dan kami harus berpisah menuju rumah masing-masing. Aku pun memesan Grab yang akan mengantarku ke rumah. Sampai di rumah aku langsung ganti baju dan tidur karena besok pagi aku harus langsung bekerja.
***
Yaa itu kisah dan pengalamanku ketika pergi ke Gunung Guntur. Banyak hal yang aku pelajari disini. Dan banyak juga kisah indah, pertemuan, rasa saling tolong menolong dan kepercayaan pada diri sendiri. Dan jangan menganggap enteng sebuah gunung karena kita tidak akan tau track dan peristiwa apa yang akan kita hadapi disana. Lewat tulisan ini aku mengucapkan terimakasih kepada semua teman-teman yang sudah mengajakku untuk bisa merasakan dan mendapat pengalaman dari sebuah Gunung ciptaan Tuhan yang indah dan mengagumkan ini. Terimakasih, sampai bertemu di kisah selanjutnya hehe.